2023/08/21

Titipan Maaf

Halo hati yang sedang terluka
Aku mungkin bukan siapa-siapa
NPC dalam hidupmu pun bukan
Tapi, bolehkah aku izin berbicara?

Berat sekali ya, hidupmu 
Padahal yang kamu pinta tak sampai seribu
Jangankan seribu, satu semoga terwujud saja kamu sudah tersedu-sedu
Bukan begitu?

Kamu dulu mengira, yang akan melukaimu itu ya musuh bebuyutanmu
Tapi siapa sangka malah keluarga dan orang yang kau sayang yang menusukmu
Membebanimu dengan jutaan luka dan trauma seolah kau perkasa bagai batu
Tapi tak pernah ada kata maaf ataupun terima kasih walaupun puluhan purnama kamu menunggu

Nyaris setiap malam kamu menyalahkan takdirmu, 
Karena kamu yakin lahir di dunia ini itu bukan pilihanmu
Tapi membahagiakan orang lain adalah tanggung jawabmu
Padahal membuat diri ini mau bertahan hidup saja sesulit itu

Halo, jiwa yang penuh trauma
Kita mungkin tak saling kenal
Tapi izinkan aku meminta maaf ya
Atas segala luka dunia yang tidak seharusnya kamu tempa

Maaf ya, padahal kamu sudah berjuang sekuat tenaga
Tapi selalu dianggap bukan apa-apa bahkan oleh orang tua

Maaf ya, padahal kamu sudah belajar apa yang kamu bisa
Tapi selalu dianggap kurang jika nilai tidak sempurna

Maaf ya, padahal kamu sudah setiap hari banting tulang
Tapi selalu dianggap kurang jika belum bisa lunasi seluruh utang

Maaf ya, padahal kamu tidak merasa meminta untuk dilahirkan
Tapi malah harus hidup bersama dengan orang yang bahasa cintanya mematikan 

Maaf ya, kamu harus menerima segala luka dan trauma, tanpa mendapat permintaan maaf dari orang yang seharusnya.

Tapi kamu berhak mendapatkan kedamaian
Kamu berhak melanjutkan hidup tanpa sebuah dendam
Kamu sangat berhak untuk bahagia...

Jadi, izinkan aku yang bukan siapa-siapa...
Untuk meminta maaf atas orang-orang yang menorehkan luka dalam hidupmu yang penuh derita 

Aku doakan kepada Tuhan pencipta Semesta
Semoga sisa kisahmu penuh cahaya cinta

Sendai
21 Agustus 2023
11:38 JST

2023/07/21

Aku Mencintaiku

"People come and go"

Sebuah kalimat yang sudah umum diucapkan oleh sebagian manusia, tak terkecuali aku. Namun nyatanya, mengimplementasikan kalimat tersebut dalam kehidupan nyata tidak segampang membuka lock screen menggunakan face recognition.
Terutama jika orang yang akhirnya pergi itu sebelumnya berikrar bahwa ia tidak akan meninggalkan kita.

Omong kosong. Siapa kamu begitu yakin mengucap janji manis seperti itu?



Dahulu aku begitu naif dan begitu mudah termakan kalimat-kalimat manis sejenis. Semua orang kusamaratakan dengan ketulusan yang aku pegang kuat-kuat sampai aku bisa menangis.

Mengemis orang untuk tetap tinggal, sekalipun tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk bertahan. Betapa menyedihkannya itu?

Kutawarkan promo-promo menarik bak seorang pejuang MLM membanting tulang. Aku berikan premis-premis tak masuk akal semata-mata supaya mereka tetap tinggal. 

Ibarat kata ada seseorang sudah melangkahkan kakinya dari pintu, aku menahan erat-erat tangannya. Pintaku cuma satu, jangan pergi karena aku tidak ingin memulai dari nol lagi.

Aku labeli satu-persatu orang-orang yang meninggalkan aku sebagai tokoh antagonis dalam ceritaku. Padahal yang mereka lakukan hanya meninggalkan aku.

.... Hanya? Ditinggalkan itu menyakitkan, lho?

Tapi mau bagaimana? Apa peran mereka jika mereka memang sudah tidak memiliki skenario atau bahkan dialog dalam cerita. Apa maknanya mereka ada jika memang hatinya hampa?

Bertahun-tahun aku meyakini diriku bahwa jika orang meninggalkanku itu karena aku tak berharga. Padahal bukan itu.

Aku obrak-abrik halaman lusuhku sampai chapter pertama. Kuteguk ludahku berat ketika sadar bahwa yang tidak mengganggap diriku berharga adalah karakter utama.

Ini bukan soal yang paling lama tinggal atau yang  paling terakhir pergi. Ini soal aku, sang tuan rumah kisah berelegi.

Harga diriku tidak pernah terinjak dengan hilangnya orang dalam ceritaku. Aku bukannya tidak berharga ketika orang tak mengindahkanku.

Kupeluk erat tubuhku sendu sambil berteriak tanpa ragu. Aku mencintaimu.

Iya, aku mencintaimu, aku.

Kukumpulkan lagi pecahan-pecahan diriku yang berjatuhan, kususun rapi seolah tak ada goresan.

Sejak itu, aku tidak pernah lagi menutup pintu hatiku. Kubuka lebar-lebar tanpa pernah memegang gagang pintu. Kusambut orang baru dengan lembut, dan kubiarkan mereka pergi tanpa dihantui rasa takut.

Jikalau mereka pergi, itu bukan karena mereka tak mau lagi menemaniku. Tapi sesederhana karena peran mereka memang cukup sampai di situ. Aku tidak akan menganggap mereka jahat dengan meninggalkanku. Kebaikan dan kebahagiaan yang mereka berikanlah yang akan aku tuliskan dalam chapter singkatku.

Aku memang tidak tahu siapa yang akan mengisi halaman terakhirku. Tapi satu yang kutahu, sampai halaman terakhir pun aku akan terus mencintaiku.

Sendai, 21 Juli 2023 
15:17 JST

2021/04/02

ini apa?

"Tidak bisakah kamu lebih positif?"
"Tidak bisakah kamu lebih bodo amat?"
"Tidak bisakah kamu hilangkan saja pikiran negatifmu?'

"Bukankah kamu punya banyak teman?"
"Bukankah kamu orang yang berpendidikan?"
"Bukankah kamu orang yang yakin dengan adanya Tuhan?"

mereka berkata

Mereka berkata aku gila
Atas segala kesedihan yang muncul tanpa sapa
Mereka berkata aku hanya mencari perhatian
Tak bisakah mereka melihat bahwa diriku kesepian?
Mereka berkata ini semua karena aku jauh dari Tuhan
Lalu air mata yang kuteteskan di setiap sujudku apa kabar?